Selasa, 25 September 2012

Melawan Zaman Edan


Melawan Zaman Edan
Tulisan ini terinspirasi dari sebuah buku yang saya baca karya Faisal Ismail “Pencerahan Spiritualitas Islam di Tengah Kemelut Zaman Edan”. Benar memang apa yang ditulis oleh Faisal Ismail dalam bukunya. Di zaman ini, zaman yang penuh dengan kebobrokan, kebiadaban, zaman yang penuh perilaku culas dan ketidakjujuran menjadikan bangsa ini semakin terpuruk dalam keterpurukkan yang mendalam, maka itu saya merasa perlu untuk mengangkat masalah ini karna memang sangat penting untuk kita ketahui bersama bahwa perilaku-perilaku yang mencoreng dunia pendidikan ataupun kebobrokan yang lainnya sudah benar-benar mewabah sejak lama. Salah satu yang disampaikan oleh Faisal Ismail yang membuat saya untuk kembali mengangkatnya adalah praktik jualbeli manusia.
Kalau dulu kita mendengar hewan-hewan diperjualbelikan  itu sudah biasa kita dengar, tetapi anda akan merasa aneh ketika mendengar praktik jualbeli manusia? Ya jualbeli manusia. Di zaman edan ini praktik-praktik perdagangan manusia (perempuan dan anak-anak) . sudah sangat merajalela hampir di setiap daerah atupun dunia,  zaman terus bergolak dan berganti mengikuti poros sumbunya yang semakin pudar , redup, tua dan rentah. Zaman memperlihatkan tanda-tandanya dengan menampilkan bebagai isyarat buram yang sangat memperlihatkan. Salah satunya tanda-tanda zaman yang sangat meresahkan, menghawatirkan dan mencemaskan dewasa ini adalah maraknya perdagangan manusia (perempuan dan anak-anak). Edan! Benar-benar edan.
Bukan hanya kasus itu saja, di zaman yang edan ini pula jual beli gelar akademik pun merajarela di lembaga-lembaga pendidikan tertentu. Bahkan sangat mudah sekali untuk mendapatkan gelar akademik yang mentereng hanya dengan membayar dengan uang, sudah dapat gelar yang mentereng ini merupakan pelecehan intelektual yang tak dapat di maafkan. Praktik-praktik yang mencoreng sosok peradaban luhur . bayangkan, orang yang sebenarnya tidak mempunyai kualifikasi akademik diberi gelar akademik yang mentereng oleh lembaga pendidikan tertentu.  Yaitu jualbeli gelar akademik, akibatnya, banyak orang yang sebelumnya tidak bergelar S-1,  S2,  S-3. Lantas memampangkan  gelar-gelar akademik tersebut pada nama-nama mereka, bangga tanpa rasa salah sedikitpun, tanpa ada beban moral dan beban intelektual. Edan! Benar-benar edan. Praktik-praktik seperti inilah yang menjadikan bangsa ini tertinggal dengan bangsa lain.
Dunia sudah semakin tua zaman sudah semakin edan. Zaman sudah semakin bobrok. Sebenarnya kalau kita mau berpikir kritis, kita akan sampai pada suatu kesimpulan bahwa yang edan bukan zamannya, tapi sebagian manusia yang menghuni dunia dan hidup di zaman ini. Saya teringat oleh seorang Penyair  Taufiq Ismail dalan suatu bait puisinya secara kesal mengatakan. “Dengan Puisi Aku Mengutuk Nafas Zaman Yang Busuk”. Bait itu sangat mungkin mewakili perasaan banyak orang tatkala menyaksikan roda zaman edan yang sesak dengan tragedi kemanusiaan dan tipisnya ruh relijiusitas. Namun, keinginan untuk melakukan perubahan atas zaman edan. Bagaimanapun, memerlukan lebih dari sekedar menyampaikan kutukan. Lantas, bagaimana melawan zaman edan ini? Saya setuju atas solusi yang di tulis oleh Faisal Ismail bahwa dalam hal ini pentingnya manusia perlu memanusiakan dirinya sendiri. Manusia perlu membudayakan dirinya sendiri, caranya adalah dengan secara total kembali ke fitrah kejadianya sebagai manusia, berperilaku sebagai manusia dan tidak berperilaku seperti binatang. Dalam waktu yang sama, fitrah dan watak kemanusiaan sejati dalam manusia harus ditumbuhkan agar manusia berkembang sesuai dengan komitmen fitrah kejadiannya yang disinari bimbingan agama Allah. Jika di dunia ini setiap manusia berperilaku sepertihalnya manusia (tidak berperilaku seperti hewan atau binatang) maka dengan sendirinya zaman akan menghembuskan  aroma harum yang segar, sedap, enak dan membahagiakan kita bersama. Itu berarti kita berhasil melawan kebejatan dan kejahatan zaman edan!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar